Selasa, 28 Desember 2010

'timnas jangan terlalu diapresiasi'


Masyarakat diimbau agar jangan 'over dosis' atau terlalu berlebihan memaknai keberadaan Timnas Indonesia saat ini, yang mengalami kemenangan berturut-turut namun kemudian kalah telak dengan Timnas Malaysia.

"Kita jangan terjebak pada patron-patron simbolik tentang heroisme, kebanggaan, mari mengapresiasi hal ini secara wajar," Ujar Funco Tanipu, pakar sosiologi dari Universitas Negeri Gorontalo, Selasa.

Dia mengatakan, ketergantungan akan idola-idola simbolik ini masih terus berlanjut. Timnas dianggap sebagai idola, harapan, inspirasi baru dan hal-hal yang sifatnya ekspektatif.

Menurutnya, kegairahan ini bisa jadi hanyalah selingan penghibur di tengah kondisi sosial-ekonomi yang tidak stabil, tingkat pengangguran tinggi, kemiskinan merajalela telah membebani ingatan warga sehingga terkesan mulai frustasi.

Hal ini ditambah dengan pasar yang ikut masuk sebagai faktor memperkuat kegairahan ini, sisi makro lainnya yang turut dia sayangkan, adalah politik dan sejumlah media, yang 'kegenitan' mengapresiasi kemenangan Timnas Indonesia.

Menurutnya, ini terlihat dari berbagai bentuk eksploitasi pemberitaan bahkan hingga dalam pesawat sekalipun, hingga gelaran doa bersama Timnas Indonesia di sebuah pondok pesantren, seperti yang digagas oleh partai Golkar pimpinan Abu Rizal Bakrie.

"Kalau menang, kita bersorak kegirangan, jika kalah, kita seolah dimobilisir untuk kecewa dan marah, ini akibat kebanggaan simbolik yang terus menerus dibentuk oleh media," Kata dia.

Dia menambahkan, isu Tim Garuda jangan sampai ikut menutupi isu penting bangsa ini, seperti wacana Keistimewaaan Yogyakarta, rekonstruksi pasca bencana Merapi, bencana Bromo, Mentawai, Wasior dan juga isu indikasi korupsi di tubuh Mahkamah Konstitusi, kasus makelar kasus Gayus Tambunan dan lain sebagainya. (ant/lex)

Tidak ada komentar: