Apakah saya tidak senang melihat timnas Indonesia ke final (dan berpeluang juara untuk pertama kalinya) Piala AFF? Tentu senang sekali, membanggakan, karena bagaimanapun juara Asia Tenggara ibarat setetes air di saat dahaga prestasi sepakbola Indonesia di kancah Internasional.
Ada yang menarik dari twit salah satu rekan, “Yesayas: PSSI berdiri 1930, th 1986 gagal masuk Piala Dunia tahap akhir. pantasnya ada di kelompok Asia dan dunia, bukan tingkat ASEAN/AFF.”
Sebenarnya saya tak terlalu mempermasalahkan ‘gelar regional’ yang diraih timnas Merah Putih dalam beberapa dekade terakhir. Namun yang perlu digarisbawahi adalah, jangan lupakan wajah sepakbola nasional kita saat ini.
Piala AFF 2010, dengan segala hingar bingarnya, sampai-sampai menyedot perhatian seluruh media infotainment, kalangan selebritis, hingga pejabat negara, dan politikus, menyimpan sebuah bom waktu.
Bom waktu yang mungkin akan membuat mata mereka yang kagum dengan ketampanan Irfan Bachdim berkata: “Oh, inikah wajah sepakbola kita sebenarnya?” Lalu mereka pergi dan tak lagi nonton sepakbola ke stadion, karena memang hanya euforia sesaat.
Ok, tidak ada yang sempurna dari sebuah perhelatan akbar apalagi level internasional. Bagaimana carut-marutnya sistem ticketing, bahkan petugas tiket sampai babak belur digebuki suporter yang tak kebagian tiket, menjadi koreksi besar bagi LOC AFF 2010 (baca: PSSI).
Namun lebih dari itu, di saat semua media -cetak, online, televisi- tak mau sedikitpun slot mereka melewatkan hal-hal yang berbau timnas, mulai latihan, interview dan acara-acara non teknis bola lainnya, sudahkah anda membaca berita ini?
Seorang wasit (atau lebih tepatnya asisten wasit) terkapar di lapangan setelah terkena bogem mentah dari pemain sepakbola profesional yang amatiran.
Seperti diberitakan Vivanews:
Nahas betul nasib sang wasit yang satu ini. Dihajar pemain hingga tersungkur dan pingsan. Wasit memimpin pertandingan Persih Tembilahan vs PSAP Sigli. Yang menghajarnya adalah pemain PSAP Sigli, Propinsi Aceh.
Pemain PSAP Sigli menuduh wasit berat sebelah karena membela tuan rumah. Si pemain yang menuding wasit itu naik pitam dan langsung melayangkan hantaman kepada wasit.
Bagi anda yang sudah lama mengikuti sepakbola nasional -tidak hanya euforia AFF ini- pasti sudah paham bahwa aksi kekerasan, penganiayaan, adu jotos, jual beli pertandingan, suap,dan segala bentuk pemerkosaan Fair Play lainnya jamak terjadi di sepakbola kita, terutama di kompetisi level bawah (Divisi Satu, Divisi Dua, hingga kelompok umur).
Bila anda tak percaya, bisa menyimak komentar Sigit Wido, eks wakil manajer Persepar Kalteng.
Divisi 1 Liga Indonesia tak ubahnya liga bar-bar, kasar dan tanpa aturan layaknya hukum rimba. Mungkin kalau dipersentasekan 70% non teknis (uang) dan 30% skil dan kualitas permainan. Tim yang kuat dari segi kualitas, sampai kiamat tidak bakalan bisa lolos tanpa didukung kekuatan finansial.
Tim-tim Divisi I sengaja dijadikan lumbung bagi PSSI mengeruk keuntungan, sebab pengawasan publik dan media sangat kurang di kompetisi level ini. Inilah yang dijadikan celah oleh PSSI untuk terus menjadi lintah penghisap darah uang klub.
Anda bisa membaca komentar lengkap dan artikel lainnya di buletin PLAK!
Ok, cukup membayangkan bagaimana kisruhnya kondisi kompetisi nasional, terutama di level bawah. Tapi jangan kaget, ada yang lebih parah. Kali ini di level sepakbola masyarakat, dimana kekerasan adalah hal biasa dan sportivitas hanyalah slogan.
Seorang wasit babak belur dijotos pemain-pemain amatir saat pertandingan antar instansi pemerintah. Berita selengkapnya dari Okezone.
Wasit Sepakbola Babak Belur Dikeroyok PNS
Tak puas dengan putusan wasit yang mengakhiri laga pertandingan sepakbola, para pegawai Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Ternate, melampiaskannya dengan menjotos wasit yang memimpin pertandingan.
Sikap kurang terpuji ditunjukan para pemain yang seluruhnya merupakan pegawai instansi tersebut, pasca-kekalahan yang diterima timnya. Mereka menganggap wasit telah berlaku tidak adil dimana menghentikan pertandingan yang dianggap masih harus berlangsung beberapa menit lagi.
Akibat langsung tersisih karena menggunakan sistem gugur, beberapa pemain Bappeda yang tidak puas dengan langsung menghujani wasit dengan bogem mentah.
Selasa, 28 Desember 2010
euforia piala AFF dan bom waktu sepakbola nasional
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar